VIRTUAL MUSEUM

PLTA Bengkok

Waterkracht Centrale Bengkok - 1922

Pada tahun 1920, pemerintah kolonial dan beberapa perusahaan swasta mendirikan NV Maintz&Co. GEBEO, Perusahaan Listrik Umum Bandung dan Sekitarnya. NV Maintz&Co. GEBEO pun mengambil alih pengelolaan PLTA Pakar kemudian membongkarnya dan membangun PLTA yang lebih besar.

PLTA tersebut diberi nama Centrale Bengkok atau kini kerap disebut PLTA Bengkok. PLTA Bengkok mulai beroperasi 1923. Sejak itu, aliran listrik mulai merambah ke berbagai wilayah Bandung. Akan tetapi, tidak semua penduduk kota bisa menikmatinya. Ketersediaan listrik masih terbatas untuk kantor-kantor pemerintahan, jalan protokol seperti Braga, permukiman warga Eropa, serta rumah pembesar-pembesar di Bandung.

PLTA Bengkok memanfaatkan aliran air Sungai Cikapundung. Sebelum diolah menjadi listrik, air dari Cikapundung dibendung terlebih dahulu di kawasan Bantar Awi, Lembang. Air kemudian dialirkan melalui saluran berbahan beton berbentuk tapal kuda sepanjang 2.731 meter berdiameter 1.3 m dengan kapasitas 3.0 m³/detik. Saluran air tersebut juga kerap disebut pipa raksaksa oleh warga. Air yang dialirkan dari pipa lalu memutar turbin dan menggerakkan generator sehingga menghasilkan aliran listrik. Jika padamasa penjajahan Belanda, listrik yang dihasilkan PLTA Bengkok langsung didistribusikan ke penduduk, kini aliran listrik dikumpulkan di gardu induk sebelum bisa dinikmati konsumen. Meskipun tidak lagi menjadi sumber energi listrik utama, PLTA Bengkok masih beroperasi hingga sekarang. Bangunan yang ada di sana masih asli.

Eksplor
PLTA Bengkok

Waterkracht Centrale Dago - 1922

Pada tahun 1920, pemerintah kolonial dan beberapa perusahaan swasta mendirikan NV Maintz&Co. GEBEO, Perusahaan Listrik Umum Bandung dan Sekitarnya. NV Maintz&Co. GEBEO pun mengambil alih pengelolaan PLTA Pakar kemudian membongkarnya dan membangun PLTA yang lebih besar.

PLTA tersebut diberi nama Centrale Bengkok atau kini kerap disebut PLTA Bengkok. PLTA Bengkok mulai beroperasi 1923. Sejak itu, aliran listrik mulai merambah ke berbagai wilayah Bandung. Akan tetapi, tidak semua penduduk kota bisa menikmatinya. Ketersediaan listrik masih terbatas untuk kantor-kantor pemerintahan, jalan protokol seperti Braga, permukiman warga Eropa, serta rumah pembesar-pembesar di Bandung.

PLTA Bengkok memanfaatkan aliran air Sungai Cikapundung. Sebelum diolah menjadi listrik, air dari Cikapundung dibendung terlebih dahulu di kawasan Bantar Awi, Lembang. Air kemudian dialirkan melalui saluran berbahan beton berbentuk tapal kuda sepanjang 2.731 meter berdiameter 1.3 m dengan kapasitas 3.0 m³/detik. Saluran air tersebut juga kerap disebut pipa raksaksa oleh warga. Air yang dialirkan dari pipa lalu memutar turbin dan menggerakkan generator sehingga menghasilkan aliran listrik. Jika padamasa penjajahan Belanda, listrik yang dihasilkan PLTA Bengkok langsung didistribusikan ke penduduk, kini aliran listrik dikumpulkan di gardu induk sebelum bisa dinikmati konsumen. Meskipun tidak lagi menjadi sumber energi listrik utama, PLTA Bengkok masih beroperasi hingga sekarang. Bangunan yang ada di sana masih asli.

Eksplor
PLTA Plengan

Waterkracht Centrale Plengan - 1923

Pada awal tahun 1920 pemerintah kolonial Belanda membangun sejumlah PLTA di daerah Jawa Barat (dataran tinggi Bandung). Khususnya di daerah Pangalengan, PLTA tersebut diberi nama Centrale Plengan. PLTA Plengan mulai beroperasi 1923. Aliran listrik yang dihasilkan diperuntukan untuk radio station malabar, juga beberapa pabrik dan pemukiman bangsa Eropa yang berada di sekitar Bandung.

Eksplor
PLTA Lamadjan

Waterkracht Centrale Lamadjan - 1925

PLTA ini ada sejak zaman penjajahan Belanda yaitu tepatnya pada 1924, dan mulai beroperasi tahun 1925 hingga sekarang. PLTA Lamajan ini ditopang oleh tiga (3) unit pembangkit yang berkapasitas total 19,56 Mega Watt (MW) di mana unit 1 dan 2 dibangun pada 1924 sedangkan unit 3 pada 1933 dan mulai beroperasi 1934.

Meskipun PLTA ini telah beroperasi selama 94 lebih tahun, namun salah satu Sub Unit Pembangkit Saguling POMU ini baru sekali mengalami renovasi yaitu pada 1995. Namun ini bukan perbaikan yang besar melainkan hanya penambahan kapasitas pada unitnya saja, mesinnya masih original Belanda

Dalam PLTA ini ada dua buah pipa pesat sebagai penghubung antara Kolam Tando Harian (KTH) dengan power house yang berisikan tiga buah unit turbin dengan daya terpasang mencapai 7,25 MW. Air yang berada di PLTA Lamajan ini berasal dari air olahan PLTA Plengan.

Pembangkit listrik WKW Lamadjan menerima air dari Tjisaroewa dan tjisangkoei setelah pertama kali diproses di Plengalan tengah hulu dengan panjang sekitar 3 km. Terowongan mengalir ke waduk batu sedalam 5 M dengan kapasitas 48.000 m3, dari mana air dipimpin melalui tabung besi dengan diameter 1,50-1,30 M ke turbin. Tinggi penurunan kotor adalah 220 m. atau tekanan 22 atmosfer.

Di pabrik ada 3 generator, 2 turbin Francis vertikal yang diproduksi oleh Stork-Charmilles, dari 9000 HP.elk ditambah dengan generator tiga fase, diproduksi oleh Willem Smit dari 8000 kilovoltampere. Mesin-mesin itu adalah yang terbesar dari jenisnya di India pada saat itu. Pada tahun 1934 generator ketiga ditambahkan diproduksi oleh Heemaf / Stork / Boveri.

Eksplor
PLTA Cikalong

PLTA Cikalong - 1954

PLTA Cikalong dibangun pada abad 19 dan diresmikan oleh Presiden Soekarno tahun 1954.

Eksplor
PLTA Ubrug

Waterkracht Centrale Ubrug - 1923

Jaman kolonial rupanya tidak hanya mewariskan rasa duka yang mendalam bagi bangsa Indonesia. Namun dibalik itu terdapat peninggalan yang berdaya guna bagi kehidupan masyarakat Indonesia sampai saat ini. Salah satu peninggalan jaman kolonial Belanda yang sampai saat ini masih berfungsi dengan baik adalah keberadaan sejumlah PLTA di Jawa Barat.

Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Ubrug ini dikenal juga dengan Bendung Kebon Randu. Awal pembangunan Bendung Kebon Randu yang pada jaman Hindia Belanda dikenal dengan "Waterkracht Centrale van de Tjitjatih-Tjibadak" dimulai pembangunannya pada 1918. Bendungan ini selesai dibangun pada 1920, sedangkan PLTA Ubrug sendiri mulai beroperasi pada 1924. PLTA Ubrug pada masanya telah memasok lebih dari 14-17 Mega Watt kebutuhan listrik untuk Operasional Tram, Kereta Listrik Jakarta-Bogor, Pelabuhan Tanjung priok dan dimulai dengan mengembangkannya untuk wilayah Sukabumi pada 1926.

PLTA yang dibangun pada tahun 1923 ini memiliki daya terpasang sebesar 2 x 5,94 MW (Unit 1 & 2) / 2 x 6,6 MVA yang beroperasi sejak tahun 1923 dan 1 x 6,48 MW (Unit 3) / 7,2 MVA yang beroperasi sejak tahun 1939 sehingga total daya sebesar 18,36 MW. PLTA ini pernah mengalami renovasi pada tahun 1994.

Eksplor
Icon Virtual

Waterkracht Centrale Kracak - 1926

Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang terletak di Desa Kracak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor ini dibangun pada tahun 1921 oleh Belanda dan mulai beroperasi pada tahun 1926. PLTA Kracak merupakan PLTA tipe Semi Run-Off River, yang menggunakan kolam tando harian (KTH) yaitu Waduk Gunung Bubut yang merupakan sub unit dari PLTA Kracak dan digunakan untuk menampung debit dua sungai sekaligus, yaitu Sungai Cianten dan Sungai Cikuluwung.

Pada awal PLTA Kracak baru mempunyai dua mesin pembangkit dengan daya terpasang tiap mesin pembangkit sebesar 6.475 MW. Listrik yang dihasilkan dari PLTA Kracak disalurkan melalui jaringan transmisi 70 kV ke Gardu Induk (GI) Kedung Badak di Bogor dan GI Bunar di Rangkasbitung. Kemudian dari kedua GI ini, listrik disalurkan kembali ke dalam sistim kelistrikan Jawa Bali.

Pemerintah Republik Indonesia, pada tahun 1958 menambah lagi satu mesin kit dan sampai saat ini PLTA Kracak mempunyai tiga mesin pembangkit dengan daya terpasang 3 x 6.475 MW ( 18.9 MW ).

Eksplor
PLTA Parakan Kondang

PLTA Parakan Kondang - 1955

PLTA Parakan Kondang atau Pembangkit Listrik Tenaga Air Parakan Kondang merupakan sebuah pembangkit listrik yang berlokasi di Desa Kadujaya Kecamatan Jatigede. Bisa dikatakan PLTA ini adalah yang pertama di Kabupaten Sumedang yang dibangun semenjak tahun 1955 sebelum nanti ditambah dengan PLTA di bendungan Jatigede. Sesuai dengan namanya, PLTA ini berlokasi di Kampung Parakan Kondang. Sumber air yang digunakan untuk memutarkan turbinnya berasal dari aliran sungai Cimanuk yang dialirkan melalui kolam reservoir tepat di sebelah hilir bendungan Jatigede.

Walau sudah berusia puluhan tahun, namun PLTA ini masih berfungsi dengan baik. Dan dalam keadaan normal, PLTA ini menghasilkan daya listrik mencapai 10 MegaWatt (MW). Daya ini dihasilkan melalui empat buah turbin dengan kapasitas masing-masing turbin sebesar 2,48 MW. Listrik yang dihasilkan dari PLTA Parakan Kondang ini kemudian didistribusikan ke Gardu Induk (GI) Malangbong di Kabupaten Garut yang kemudian didistribusikan kembali ke masyarakat di wilayah Garut, Tasikmalaya, Ciamis dan sekitarnya.

Eksplor
PLTA Parakan Kondang

Virtual Wisata Pangalengan

Pangalengan merupakan kecamatan yang ada di Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Anda yang sering berkunjung ke kota kembang, mungkin sudah tidak asing dengan lokasi ini. Lokasi ini dikenal sebagai daerah perkebunan, peternakan dan pertaniannya, tak heran kalau Pangalengan menjadi salah satu tujuan wisata pilihan para turis.

Eksplor